Titam's Fiction about Boys Before Flowers

Annyeonghaseyo ;) Berhubung K-Drama Boys before Flowers tidak ada kabar tentang keberlanjutan ceritanya, maka saya yang bernama Titam Hersih selaku fans-nya BBF, akan membuat suatu fiksi dimana isinya tentang kelanjutan cerita BBF ataupun fiksi-fiksi yang berhubungan dengan para cast BBF. Walau ini hanya fiktif belaka, semoga terhibur yaa... Gamsahamnida ^_^

Selasa, 12 Oktober 2010

Song Woo Bin's Story: Ada apa denganku???

before: Panggil aku Jin Hee...itu namaku!


Woo Bin baru saja tiba di rumahnya. Dia memandang jam yang terggantung kaku di dinding rumahnya, sudah tengah malam. Ternyata pernikahan Gu Jun Pyo dan Geum Jan Di memakan waktu yang cukup lama. Walaupun lelah, tapi entah mengapa ada perasaan bahagia yang meliputi hatinya. Jelas dia bahagia karena Jun Pyo dan Jan Di telah menikah. Tapi ada yang lain, ada alasan lain yang membuatnya menjadi lebih bahagia malam ini. Yaitu pertemuannya dengan Choi Jin Hee atau Ginger.
Dia masih ingat bagaimana di pesta tadi dia dan Jin Hee bisa begitu nyaman ketika mengobrol. Tapi satu hal yang membuat dia heran adalah perubahan yang terjadi pada diri Jin Hee. Seingatnya wanita itu sangat berbeda ketika di SMA. Jin Hee yang lebih dikenal dengan nama Ginger-nya itu adalah tipe mean girl. Dia bersama gengnya terkenal dengan kecantikan dan kecentilan. Keangkuhan dan kesombongan sudah begitu melekat dengan karakter mereka. Dan seingat Woo Bin mereka bertiga suka sekali mengganggu Geum Jan Di dan sangat memuja F4. Dan sekarang, semua itu seperti sudah terhapus bersih-bersih dari diri Jin Hee. Dia berubah menjadi sosok wanita dewasa, sopan dan lembut sekali.
Hah, Woo Bin menghempaskan tubuhnya di atas kasurnya yang empuk. Masih dengan pakaian lengkap dia kembali menerawang akan setiap detik kebersamaannya dengan Jin Hee tadi.

***

"Ada apa, sunbae? Kelihatannya kau banyak melamun malam ini?" tanya Jin Hee ketika dilihatnya Woo Bin banyak diamnya ketika Jin Hee sedang berbicara dengannya.
"Ah, siapa yang melamun. Aku hanya..." Woo Bin mendadak jadi gugup ketika ketahuan bahwa dia sedang melamun oleh Jin Hee.
"Hanya apa, sunbae?"
"Aku hanya merasa heran dengan dirimu."
"Heran? Tapi apa yang kau herankan, sunbae?"
Untuk sesaat Woo Bin terdiam. Dia sedang menimang-nimang apakah lebih baik mengatakan yang sebenarnya pada Jin Hee bahwa dia banyak melamun karena terpana dengan perubahan yang terjadi pada diri Jin Hee.
"Sebenarnya aku, hanya sedikit heran karena perubahan yang terjadi pada dirimu. Kau berbeda sekali Jin Hee. Kau jauh berubah dari sosok Ginger yang aku ketahui dulu."
Jin Hee tersenyum mengerti mendengar perkataan Woo Bin itu.
"Tidak ada yang perlu diherankan kurasa, sunbae. Hidup itu perlu perubahan kurasa. Bukankah perubahan menjadi lebih baik itu bagus, sunbae? Karena itu aku ingin berubah. Aku tidak ingin selamanya terjebak dalam diri seorang Ginger yang mean, sombong, centil, atau apalah itu. Aku hanya ingin menjadi lebih baik, sunbae." Jelas Jin Hee panjang lebar. Ada sedikit keanehan yang terpancar dari dua mata Jin Hee ketika dia menjelaskan semua itu.
"Wow, itu bagus sekali Jin Hee. Aku kagum pada dirimu."
"Terima kasih, sunbae!"

"Oh iya, Jin hee. Kau belum cerita padaku kemana saja kau selama kurang lebih lima tahun ini. Aku sama sekali tidak pernah mendengar namamu. Dan, apa yang kau lakukan? Oh iya, aku teringat dengan kedua teman SunMin-mu itu. Kemana mereka? Kenapa tidak tampak di sini?" berondong Woo Bin.
"Ah, mereka..." wajah Jin Hee mendadak berubah. Mendung seperti mengelilingi wajahnya. Senyum yang tadi selalu menghiasi wajahnya perlahan memudar mendengar setiap pertanyaan Woo Bin.
"Ada apa, Jin Hee? Kenapa tiba-tiba kau kelihatan sedih?" tanya Woo Bin khawatir. "Apakah aku salah bicara?"
"Tidak sunbae, aku hanya..."

"Woo Bin!" Mendadak suara Gu Jun Pyo terdengar.
Sontak Woo Bin dan Jin Hee menoleh ke arah datangnya suara Jun Pyo.
"Ada apa, Jun Pyo?"
Gu Jun Pyo datang menghampiri meja mereka.
"Kau di sini rupanya. Aku mencarimu dari tadi. Dan kau..." Jun Pyo melihat ke arah Jin Hee.
"Aku Choi Jin Hee, sunbae." Kata Jin Hee sambil berdiri dan membungkukkan badannya pada Jun Pyo.
Jun Pyo balas membungkukkan badan, "Choi Jin Hee... Ginger maksudmu?"
Jin Hee mengangguk dan tersenyum pada Jun Pyo.
"Ternyata kau datang juga. Terima kasih sudah menghadiri pernikahanku."
"Terima kasih juga sudah mengundangku, sunbae. Selamat atas pernikahanmu dengan Geum Jan Di."
Jun Pyo tersenyum, tiba-tiba dia teringat sesuatu. "Jin Hee, kau datang sendirian. Waktu aku dan Jan Di mengantarkan undangan ke rumahmu bukannya..."
"Gu Jun Pyo!" Suara nyaring Jan Di terdengar dan memotong kalimat Jun Pyo.
Mereka bertiga melihat Jan Di sedang berjalan menghampiri mereka.
"Ada apa, Jan Di?" tanya Jun Pyo.
"Bukannya tadi kau sedang mencari Woo Bin sunbae?"
"Oh iya." Jun Pyo menepuk dahinya , "Tapi aku sudah bertemu dengannya. Ini dia!" Jun Pyo menepuk bahu Woo Bin.
"Bagaimana kau ini, Jun Pyo. Dia sudah menunggu dari tadi." Kata Jan Di.
"Oh, baiklah. Aku akan segera membawa Woo Bin ke sana."
"Kau ingin membawaku kemana?" tanya Woo Bin heran memandangan pada Jun Pyo dan Jan Di.
Jun Pyo tersenyum nakal, "pokoknya kau ikut saja. Aku ingin mengenalkanmu pada seseorang."
"Seseorang. Siapa?"
"Pokoknya kau ikut saja!" Jun Pyo menarik lengan Woo Bin, tapi Woo Bin menahannya.
"Kenapa?"
"Aku sedang bersama Jin Hee." Jawab Woo Bin.
"Ah iya, Nona Jin Hee. Bolehkan aku meminjam Woo Bin sebentar." Canda Jun Pyo.
Jin Hee tertawa kecil, "tentu saja, sunbae."
"Kau dengar sendiri kan, Woo Bin. Ayo!" ajak Jun Pyo.
"Jin Hee, tidak pa-pa aku tinggal sebentar?" tanya Woo Bin pada Jin Hee.
"Tentu saja tidak, sunbae. Take your time!"
Dengan berat hati Woo Bin meninggalkan Jin Hee sendirian demi mengikuti ajakan Jun Pyo dan Jan Di. Padahal dia masih ingin berbincang-bincang dengan Jin Hee.

Woo Bin berjalan mengikuti langkah kaki Jun Pyo dan Jan Di. Mereka membawanya ke meja lain yang jaraknya cukup jauh dari tempat dia dan Jin Hee tadi. Dia bisa melihat ada seorang wanita muda yang sedang duduk di sana bersama dua orang yang kelihatan seperti kedua orang tuanya.
Begitu melihat mereka datang, ketiga tamu yang ingin dipertemukan dengan Woo Bin itu segera bangkit dari kursi mereka. Katanya seseorang tapi ini kok ada tiga orang? tanya Woo Bin dalam hati.
"Ah, maaf Tuan Moon. Aku agak sedikit lama. Agak susah mencari raja real estate kita yang satu ini." kata Jun Pyo sambil melirik Woo Bin.
"Tidak pa-pa, Tuan Gu." Kata pria berusia sekitar lima puluhan itu pada Jun Pyo.
"Ah iya, ini dia temanku Song Woo Bin. Woo Bin kenalkan ini adalah Tuan Moon Tae Kyung, yang ini adalah istrinya Nyonya Moon Hwa Rang dan wanita cantik ini adalah putri mereka satu-satunya Moon Chae Won." Jun Pyo memperkenalkan anggota keluarga itu satu per satu.
Dengan sopan Woo Bin membungkukkan badannya kepada mereka.
"Senang berkenalan dengan anda, tuan Song." Kata tuan Moon.
"Begitu juga dengan saya," ujar Woo Bin.
"Jadi tuan Moon ini sedang mencari seseorang yang sangat mengerti bisnis real estate. Dan dia memintaku untuk mencarikan orang yang tepat untuk meminta nasihat dalam bidang ini, siapa lagi kalau bukan kau, Woo Bin." Kata Jun Pyo menjelaskan.
Woo Bin mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Kau tidak keberatan kan, Woo Bin?"
"Tentu saja tidak. Sama sekali tidak." Jawab Woo Bin.
"Jadi apa yang bisa kubantu tuan Moon?" tanya Woo Bin pada tuan Moon.
"Begini tuan Song. Kau kan sangat mengerti sekali tentang bisnis real estate ini. Jadi aku mau minta tolong padamu untuk mengajarkan apa yang kau ketahui pada putriku, Chae Won. Karena dia sedang belajar bisnis real estate. Dia sedang melakukan riset untuk skripsinya di universitas Shin Hwa. Maukan kau membantu putriku, tuan Song?"
Song Woo Bin mengerutkan keningnya. Kenapa mesti aku yang ditawarkan oleh Gu Jun Pyo? Padahal pebisnis-pebisnis real estate yang lain juga banyak. katanya dalam hati. Dia menoleh ke arah Gu Jun Pyo yang dilihatnya sedang senyum-senyum sendiri. Entah kenapa dengan anak itu!
Demi menjaga kesopanan. Woo Bin pun mengiyakan permintaan tuan Moon itu.
"Baiklah. Aku akan berusaha semampuku."
"Terima kasih tuan Song. Kau baik sekali!" kali ini istrinya tuan Moon yang berbicara.
"Anakku ini sangat pemalu sekali," kata Nyonya Moon sambil memandang putrinya yang dari tadi menunduk saja, "Jadi mohon bimbingannya tuan Song!"
Sekilas Woo Bin melihat wanita bernama Moon Chae Won itu memandangnya, tapi langsung menunduk lagi ketika mata mereka bertemu.
"Baiklah."

Kurang ajar si Jun Pyo. Aku tahu maksudnya apa. Dia sengaja menawarkan aku untuk membantu putri tuan Moon agar aku bisa berkenalan dengannya. Kuno sekali caranya. Mana dia meninggalkan aku lagi tadi di meja tuan Moon. Untung mereka segera pamit pulang. Awas kau Jun Pyo akan kutendang lututmu nanti. Umpat Woo Bin dalam hati.
Dia bisa bernapas lega ketika tuan Moon dan keluarganya pamit pulang. Sekarang dia punya tugas baru. Yaitu mengurus putrinya tuan Moon, Moon Chae Won, untuk melakukan riset tentang bisnis real estate. Bagaimana nanti ya? Si Moon Chae Won itu kelihatan pendiam sekali. Tadi saja dia tidak banyak berbicara. Dia hanya tertunduk malu. Tapi tak bisa dipungkirinya Moon Chae Won itu sangat manis. Hah, semoga saja ketika melakukan riset nanti wanita itu tidak banyak diam seperti tadi.
Woo Bin berjalan mengelilingi ruang pesta pernikahan Jun Pyo dan Jan Di. Sudah sedikit sekali orang yang berada di sana. Malam sudah semakin larut, para tamu sudah banyak yang berpulangan. Tiba-tiba dia teringat Jin Hee. Kemana wanita itu? Dia mencarinya keseliling ruangan. Tapi dia tidak menemukan Jin Hee lagi. Mungkin dia sudah pulang, batin Woo Bin.
Entah kenapa ada angin kecewa yang berhembus ke dalam hatinya. Sebenarnya dia masih ingin mengobrol lagi dengan wanita itu. Ada banyak hal yang ingin dia ketahui lagi tentang Jin Hee. Sayangnya dia sudah pulang. Ah, aku lupa lagi tadi tidak meminta nomor teleponnya. Hei, tunggu dulu. Kenapa aku seperti ini? Ah, ada apa denganku??? Woo Bin tersenyum sendiri. Dia sendiri merasa aneh kenapa jadi memikirkan Jin Hee.

***

Masih dengan pakaian lengkap Woo Bin tidak sadar kalau mengingat setiap detik kebersamaannya dengan Jin Hee tadi membuat dia tertidur. Dalam mimpinya dia melihat Jin Hee sedang menangis sambil menggendong seorang anak kecil. Dan Moon Chae Won juga hadir dalam mimpinya, sedang tersenyum padanya sambil memakan pakaian pengantin.
Woo Bin terbangun. Dia berusaha mengingat-ingat mimpinya. Ah, mimpiku aneh sekali, batinnya. Ketika dilihatnya dia masih berpakaian lengkap dia segera menggantinya dengan pakaian tidur. Setelah itu melanjutkan tidurnya lagi.

tu bi kontinyu...

by: titam hersih

Kamis, 07 Oktober 2010

Song Woo Bin's Story: Panggil aku Jin Hee...itu namaku!

Before: Jun Pyo's Wedding


Seperti yang sudah ditebak oleh Woo Bin, pesta pernikahan Gu Jun Pyo dan Geum Jan Di berlangsung sangat meriah. Dengan dekorasi hasil rancangan desainer interior terkenal membuat para tamu yang hadir serasa berada di dalam dunia imajinasi yang sangat indah. Dekorasinya dibuat persis seperti cerita-cerita dunia khayalan. Patung-patung es dipahat membentuk sepasang balerina yang sedang menari. Pohon-pohonan tak berdaun dililit dengan ratusan lampu kecil yang berkelap-kelip. Meja-meja bulat dibalut dengan taplak meja berwarna putih dari bahan sutera, begitu juga dengan kursinya. Meja panjang berisi hidangan pesta yang lezat dan mahal mengisi di sisi kanan dan kiri ruangan tempat pesta, para tamu bebas memilihnya. Gelas-gelas berisi Champanye disusun membentuk piramida di sebuah meja. Di bagian depan para pemusik memainkan alat musiknya melantunkan irama-irama yang indah. Beberapa tamu ada yang sedang berdansa di lantai dansa mengikuti lantunan musik. Begitu juga dengan Jun Pyo dan Jan Di, mereka asik berdansa. Woo Bin juga bisa melihat Yi Jung berdansa dengan Ga Eul. Ji Hoo kelihatan sedang asik mengobrol dengan seorang dokter setengah baya. Dokter itu adalah seniornya Ji Hoo dan Jan Di di rumah sakit tempat mereka praktik dulu. Sekarang Ji Hoo sudah membuka praktik sendiri. Dia meneruskan praktik yang dibuka oleh kakeknya dulu. Malah sekarang sudah dibangun menjadi rumah sakit yang cukup besar. Jan Di salah satu dokter di rumah sakit itu.

Saking asiknya Woo Bin memperhatikan teman-temannya dalam kemeriahan pesta dia tidak sadar ketika ada seseorang yang memanggil namanya.
"Woo Bin sunbae?" panggil suara itu.
"Hah?" Woo Bin menoleh ke belakang saat dia sadar ada seseorang yang memanggilnya. Dan menemukan sosok Ginger yang berdiri di belakangnya.
"Oh, kau rupanya!" kata Woo Bin sedikit kaget.
"Boleh aku bergabung denganmu?" tanya Ginger.
"Oh, tentu saja. Silahkan!" Woo Bin segera bangkit dari kursinya dan menarik sebuah kursi untuk Ginger.
Setelah Ginger duduk, untuk beberapa saat mereka hanya saling pandang dan tersenyum malu-malu. Suasana tiba-tiba membuat Woo Bin menjadi salah tingkah.
"Sunbae, kenapa kau hanya duduk sendirian? Kenapa tidak bergabung dengan teman-teman F4-mu?" akhirnya Ginger bersuara juga.
"Ah, mereka sedang asik. Aku tidak mungkin mengganggu Jun Pyo dan Jan Di. Yi Jung kelihatannya juga sedang asik sekali dengan Ga Eul. Dan Ji Hoo juga sedang berbincang dengan seniornya. Aku tidak enak kalau harus mengganggu." Jelas Woo Bin.
"Oooh," bibir mungil Ginger membulat, membuat Woo Bin yang memandangnya jadi merasa deg-degan. Tapi dia harus tetap bersikap biasa saja.
"Oh iya, kau sendiri Ginger..."
"Ah, sunbae..." potong Ginger tiba-tiba.
"Kenapa?" tanya Woo Bin heran.
"Jangan memanggilku Ginger. Panggil saja aku Jin Hee, Choi Jin Hee, itu namaku!" kata Ginger.
Woo Bin menatap heran kepada Ginger.
"Tapi kenapa? Bukankah itu namamu ketika di SMA dulu?"
"Iya, betul. Tapi itu kan jaman SMA. Jaman itu sudah kita tinggalkan sekarang. Lagipula walaupun nama panggilanku Ginger, namaku tetap Jin Hee." Jelas Ginger sambil menambahkan senyuman yang sangat manis di bibirnya.
Woo Bin hampir menganga dibuatnya. Apakah ini betul-betul Ginger yang dia tahu semasa SMA dulu? Wanita ini sungguh berbeda sekarang.
"Jadi sunbae, apakah kau keberatan jika memanggilku dengan namaku yang sebenarnya?" pinta Ginger atau Jin Hee.
"Tentu saja tidak," jawab Woo Bin, "Jin Hee!" tambahnya lagi.
Ginger atau Choi Jin Hee tersenyum mendengar jawaban seniornya waktu di SMA dulu.

tu bi kontinyu...

by: Titam Hersih


Senin, 04 Oktober 2010

Song Woo Bin's Story: Jun Pyo's Wedding

Before: Dia adalah...Ginger!!!


"Song Woo Bin! Kuhitung sampai lima, kalau kau belum juga muncul dihadapanku... maka, Kau betul-betul akan mati!" ancam Gu Jun Pyo melalui telepon.
Song Woo Bin yang sedang berlari menaiki anak tangga sudah hampir kehabisan napas. Keterlaluan memang si Jun Pyo itu. Teman sudah hampir mati kehabisan napas seperti ini masih saja dia mengancam. Memangnya ini kesalahan siapa? umpat Woo Bin dalam hati. Dia jadi kesal sendiri.
"Satu..." suara Jun Pyo sudah mulai menghitung, "dua... tiga... empat... li..."
JEBLAAAKKK!!! terdengar suara pintu terbuka dengan kerasnya. Tiga kepala langsung menoleh ke arah pintu yang terbuka. Seorang pria dengan stelan jas berwarna putih sedang duduk di sebuah sofa yang empuk. Pria yang lain sedang berdiri di hadapan pigura berlukiskan abstrak memakai jas rapi berwarna biru donker. Dan yang satu lagi sedang berdiri sambil memegang ponsel di telinganya memakai jas berbuntut berwarna krem dengan paduan garis-garis hitam di bagian kerahnya, yang satu ini ekspresinya kelihatan resah sekali. Mereka tak lain dan tak bukan adalah Yoon Ji Hoo, So Yi Jung, dan si pria yang akan menikah yaitu Gu Jun Pyo.
Tepat ketika Jun Pyo akan selesai menghitung, Woo Bin membuka pintu dengan kasar. Bukan karena marah, tapi saking capeknya dia jadi kehilangan keseimbangan ketika tiba di depan pintu. Sehingga tubuhnya menabrak pintu dan tangannya tanpa sengaja membuka pegangan pintu.
Melihat keadaan Woo Bin yang hampir pingsan seperti itu So Yi Jung, orang yang paling dekat dengan Woo Bin diantara ketiga temannya, langsung berlari ke arahnya. Dan tepat ketika Woo Bin akan ambruk Yi Jung langsung menangkap tubuhnya. Melihat itu, kedua temannya yang lain ikut membantu dan memapah Woo Bin ke sofa yang tadi di duduki oleh Ji Hoo.
Woo Bin tampak lelah sekali. Tubuhnya langsung lunglai di atas sofa. Matanya terpejam. Napasnya satu dua. Ji Hoo dan Yi Jung cukup khawatir dengan keadaannya. Keduanya melancarkan tatapan melotot kepada Jun Pyo. Pria yang telah membuat keadaan Woo Bin menjadi parah seperti ini.
"Apa?" seru Jun Pyo, "kenapa kalian menatapku seperti itu?"
Ji Hoo dan Yi Jung masih memelototinya.
Jun Pyo menghela napas, "oke. Ini memang salahku. Gara-gara aku Woo Bin harus seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi? Aku tidak mau hari pernikahanku kacau hanya gara-gara cincin. Oh iya, Woo Bin mana cincinnya?"
Ji Hoo dan Yi Jung hanya geleng-geleng kepala saja. Sifat ketidakpedulian Gu Jun Pyo muncul lagi kali ini. Ya, maklumlah dia sedang mengalami tekanan. Hari ini kan hari pernikahannya.
Masih dalam keadaan lemas, Woo Bin merogoh-rogoh saku jasnya. Dan dari dalam situ dia mengeluarkan sebuah
box kecil yang terbuat dari beludru merah gelap. Di dalam situ lah terdapat cincin yang akan disematkan Gu Jun Pyo di jari Geum Jan Di sebentar lagi.
Melihat
box itu tiba-tiba wajah Jun Pyo terlihat pucat.
"Sudahlah, Jun Pyo. Cincin itu sudah berada ditanganmu. Kenapa wajahmu tegang seperti itu? Ayo, seharusnya kau terlihat ceria. Kau harus kelihatan gagah ketika berjalan menuju altar. Ayo, Gu Jun Pyo!" Woo Bin bersuara, sepertinya dia sudah pulih.
Woo Bin mengulurkan tangannya kepada Jun Pyo. Jun Pyo pun menyambutnya dengan senyum senang, dia menarik Woo Bin bangkit dari sofa dan langsung memeluknya.
"Terima kasih, sobat!" bisik Jun Pyo di telingan Woo Bin.
"Ah, sudahlah!" kata Woo Bin sambil menepuk-nepuk lembut pundak Gu Jun Pyo.
"Tuan Jun Pyo!" Tiba-tiba suara Tuan Jung, asisten setia keluarga Gu, terdengar di ruangan itu.
Tidak hanya Gu Jun Pyo yang menoleh, tapi ke tiga temannya pun ikut menoleh. Tampak Tuan Jung tersenyum dari pintu masuk.
"Ya?" sahut Jun Pyo.
"Sudah saatnya Tuan," kata Tuan Jung mengingatkan.
"Em..Eng..Ya..Aku sudah siap!" Jawab Jun Pyo gugup.
"Kalau begitu, mari!" Tuan Jung menggeser sedikit badannya untuk memberikan jalan pada Gu Jun Pyo.
Gu Jun Pyo terlihat tegang sekali. Seakan-akan mengerti Woo Bin yang berdiri paling dekat dengan Jun Pyo langsung merangkul pundaknya. Ji Hoo dan Yi Jung pun ikut memberikan semangat kepada Jun Pyo dengan senyuman.
"Ayo!" ajak Woo Bin.
Setelah menarik napas dalam-dalam, Gu Jun Pyo mengangguk dengan mantap.
"Ayo!" katanya.
Mereka berempat pun berjalan menuju pintu dimana Tuan Jung masih menunggu dengan setia.

Tugas Woo Bin dan kedua temannya yang lain hari ini adalah menjadi pengiring Gu Jun Pyo berjalan menuju altar. Ji Hoo yang akan memimpin di depan lalu diikuti oleh Yi Jung, Woo Bin kemudian barulah Jun Pyo.
Setelah Yi Jung menyusul Ji Hoo, Woo Bin pun melangkahkan kakinya di atas
red carpet yang membentang dari pintu masuk sampai ke altar. Woo Bin melangkah dengan pasti. Ini salah satu bentuk dukungan moril kepada Jun Pyo. Maksudnya kalau dia semangat, pasti Jun Pyo pun akan semangat juga menghadapi hari pernikahannya.
Woo Bin berjalan sambil tersenyum. Sesekali dia menoleh ke sana kemari memandang para tamu yang hadir. Para tamu sudah memenuhi kursi-kursi di kanan dan kiri ruangan itu. Mereka semua sedang berdiri untuk menyambut kedatangan pengantin.
Tepat saat Woo Bin sedang meoleh ke arah kiri, matanya bertemu dengan mata seorang wanita yang tidak asing baginya. Tidak asing karena dia baru saja bertemu dengan wanita itu beberapa waktu lalu di lobi. Wanita itu adalah Ginger. Kalau saja dia bisa menepuk dahinya saat ini, pasti akan ditepuknya. Tapi tidak lucu kan kalau dia sedang berjalan dengan gagahnya di atas
red carpet tiba-tiba menepuk dahi. Soalnya dia merasa bodoh, jelas saja Ginger ada di sini. Dia pasti diundang oleh Gu Jun Pyo. Bagaimana pun juga dia kan mantan murid sekolah Shin Hwa.
Ginger tersenyum padanya. Merasa tidak yakin kalau yang disenyumin Ginger itu adalah dirinya, Woo Bin segera menatap lurus ke depan. Ah, masa bodoh. Bisa saja yang disenyuminnya itu bukan aku. katanya dalam hati. Tapi entah mengapa, jantungnya langsung berdegup dengan kencang mengingat senyum manis Ginger tadi. Manis?!

Upacara pernikahan berlangsung dengan khidmat. Kedua belah pihak keluarga, keluarga Gu dan Geum, saling meneteskan air mata bahagia. Setelah pendeta meresmikan Jun Pyo dan Jan Di menjadi sepasang suami istri, mereka saling menyematkan cincin di jari satu sama lain. Dan sekarang mereka saling berciuman di hadapan khalayak. Tampak sekali Gu Jun Pyo dan Geum Jan Di bahagia. Mereka memang pasangan serasi.
Berdiri di barisan kursi nomor dua Woo Bin dan kedua temannya saling bertukar pandangan. Mereka tersenyum. Pikiran mereka sama, bahwa saat ini Gu Jun Pyo betul-betul menjadi pria sejati seutuhnya.
Walaupun Gu Jun Pyo itu sahabat baiknya, ada perasaan iri juga di dalam diri Woo Bin. Menurutnya Jun Pyo itu pria yang beruntung sekali bisa menjadi anggota F4 pertama yang menikah. Tidak seperti dirinya yang berulang-ulang kali dicampakkan wanita. Hah, beruntung sekali si Jun Pyo itu.
Woo Bin menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia merasa bodoh karena punya perasaan iri pada Jun Pyo. Seharusnya dia bahagia dengan hari pernikahan ini. Woo Bin bangkit dari kursinya. Acara pernikahan sudah selesai. Acara akan dilanjutkan dengan
Wedding Party di ruangan lain dalam gedung ini. Di sanalah baru pesta yang sesungguhnya. Hmm, sudah tercium jelas wangi sampanye mahal dan makanan lezat dihidungnya. Dia tidak boleh ketinggalan pesta yang akan meriah ini. Tapi satu hal yang pasti, dia harus segera memberi selamat pada Gu Jun Pyo.

tu bi kontinyu..

by: titam hersih

Song Woo Bin's Story: Dia...adalah Ginger!!!



Song Woo Bin berjalan dengan terburu-buru. Matanya terus-menerus melihat ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Aku tidak boleh terlambat! Bisa-bisa aku dibunuh sama Jun Pyo!" batinnya.
Hari ini adalah hari pernikahan Jun Pyo dan Jan Di. Sialnya, entah bagaimana cowok se-perfect Jun Pyo bisa seceroboh itu meninggalkan cincin pernikahannya di rumah. Untung saja tadi Woo Bin belum terlalu jauh meninggalkan rumahnya yang memang hanya berjarak beberapa kilometer dari rumah Jun Pyo.
Woo Bin kembali melihat jamnya. Tinggal lima belas menit lagi. Kaki Song Woo Bin terus melangkah dengan cepat memasuki gedung dimana tempat Jun Pyo dan Jan Di melaksanakan hari pernikahannya. Di lobi sudah banyak sekali tamu yang berdatangan. Mereka mengantri untuk diperiksa oleh petugas keamanan. Maklum lah yang menikahkan anak pewaris perusahaan Shin Hwa. Demi keamanan maka satu per satu mereka harus diperiksa terlebih dahulu.
Antrian masih sangat panjang. Kepala Woo Bin sibuk menoleh ke kanan dan ke kiri mencari pintu masuk yang lain. Tiba-tiba dia menepuk dahinya. Bodoh sekali, umpatnya dalam hati. Di luar gedung ini kan ada pintu keluar darurat. Kenapa tidak dari sana saja. Dia tinggal mencari petugas di luar dan memintanya untuk membukakan pintu darurat itu untuknya.
Woo Bin tersenyum senang. Hah, merepotkan saja si Jun Pyo ini. Ini kan kesalahannya. Tapi kalau Woo Bin terlambat, malah Jun Pyo pula yang mengancam akan membunuhnya. Woo Bin hanya geleng-geleng kepala saja kalau teringat tingkah laku sahabatnya itu.
Saking senangnya menemukan ide masuk melalui pintu darurat, Woo Bin yang memang sedang terburu-buru, tidak sengaja menabrak seseorang yang ingin masuk ke dalam lobi. Seseorang itu adalah wanita. Dan kalau saja Woo Bin tidak segera menangkap lengannya, wanita itu pasti akan terjatuh ke belakang. Hufth! Dia berhasil menangkapnya. Wanita itu kelihatan terkejut sekali. Begitu pun dengan Woo Bin, dia tak kalah terkejutnya ketika dia menyadari siapa wanita yang baru saja ditabraknya.
Seperti tidak percaya, Woo Bin terus-terusan mengerjapkan matanya tanda dia sama sekali tidak percaya dengan sesosok wanita yang sedang berdiri di hadapannya saat ini.
Dia...adalah Ginger!!! Iya, tidak salah lagi. Dia adalah Ginger anggota geng GinSunMin. Sedang apa dia di sini? tanyanya keheranan dalam hati.
Wanita yang disangka Ginger oleh Woo Bin itu sepertinya juga sangat terkejut setelah mengetahui bahwa pria yang menabraknya adalah salah satu anggota F4, yaitu Song Woo Bin.
Mereka berdua sama-sama tertegun. Saling memandang satu sama lain. Seperti tidak percaya akan bertemu kembali setelah empat tahun lamanya dengan cara seperti itu.
Ginger yang sadar bahwa dia telah melakukan kesalahan dengan menabrak salah satu anggota F4 langsung membungkukkan badannya. Kagetnya, Song Woo Bin juga melakukan hal yang sama.
"Song Woo Bin sunbae?" katanya tidak percaya.
"Ginger? Kau, Ginger anggota GinSunMin kan?" tanya Woo Bin.
Ginger tersipu malu, "ah, sunbae. Kau masih mengingatku rupanya?"
Woo Bin menatap heran wanita yang sudah empat tahun lebih ini tidak dilihatnya. Dia merasa kalau Ginger sudah berubah sama sekali. Dia tidak seperti dulu yang berlagak centil dan sombong. Lihat saja senyumnya, malu-malu dan manis sekali.
"Kenapa kau cuma sendiri? Mana kedua temanmu yang lain si Sunny dan Miranda?" tanya Woo Bin ramah.
Mendengar nama Sunny dan Miranda di sebut wajah Ginger yang semula berseri-seri menjadi mendung seketika.
"Ada apa? Apa ada yang salah dengan pertanyaanku tadi?" kata Woo Bin yang menyadari perubahan ekspresi di wajah Ginger.
(suara handphone berdering) Woo Bin merogoh saku celananya. Astaga! Dia lupa dengan Jun Pyo. Dia kan membawa cincinnya. Dia kembali melihat jam di tangannya. Gawat, dia hanya punya waktu lima menit lagi. Lewat dari itu, dia betul-betul bakalan dibunuh oleh Gu Jun Pyo.
"Maaf, Ginger. Saat ini aku sedang terburu-buru. Aku harus segera pergi, kalau aku masih ingin hidup." katanya cepat pada Ginger.
Ginger sedikit heran sekaligus geli dengan tingkah lakunya Woo Bin yang sedang terburu-buru.
"Oh iya, aku juga minta maaf karena tadi sudah menabrakmu. Aku permisi dulu!" setelah membungkukkan tubuhnya, Woo Bin segera berlari keluar gedung meninggalkan Ginger yang masih terheran-heran dengan sikap anehnya Woo Bin.

tu bi kontinyu...

by: Titam Hersih