Titam's Fiction about Boys Before Flowers

Annyeonghaseyo ;) Berhubung K-Drama Boys before Flowers tidak ada kabar tentang keberlanjutan ceritanya, maka saya yang bernama Titam Hersih selaku fans-nya BBF, akan membuat suatu fiksi dimana isinya tentang kelanjutan cerita BBF ataupun fiksi-fiksi yang berhubungan dengan para cast BBF. Walau ini hanya fiktif belaka, semoga terhibur yaa... Gamsahamnida ^_^

Senin, 04 Oktober 2010

Song Woo Bin's Story: Jun Pyo's Wedding

Before: Dia adalah...Ginger!!!


"Song Woo Bin! Kuhitung sampai lima, kalau kau belum juga muncul dihadapanku... maka, Kau betul-betul akan mati!" ancam Gu Jun Pyo melalui telepon.
Song Woo Bin yang sedang berlari menaiki anak tangga sudah hampir kehabisan napas. Keterlaluan memang si Jun Pyo itu. Teman sudah hampir mati kehabisan napas seperti ini masih saja dia mengancam. Memangnya ini kesalahan siapa? umpat Woo Bin dalam hati. Dia jadi kesal sendiri.
"Satu..." suara Jun Pyo sudah mulai menghitung, "dua... tiga... empat... li..."
JEBLAAAKKK!!! terdengar suara pintu terbuka dengan kerasnya. Tiga kepala langsung menoleh ke arah pintu yang terbuka. Seorang pria dengan stelan jas berwarna putih sedang duduk di sebuah sofa yang empuk. Pria yang lain sedang berdiri di hadapan pigura berlukiskan abstrak memakai jas rapi berwarna biru donker. Dan yang satu lagi sedang berdiri sambil memegang ponsel di telinganya memakai jas berbuntut berwarna krem dengan paduan garis-garis hitam di bagian kerahnya, yang satu ini ekspresinya kelihatan resah sekali. Mereka tak lain dan tak bukan adalah Yoon Ji Hoo, So Yi Jung, dan si pria yang akan menikah yaitu Gu Jun Pyo.
Tepat ketika Jun Pyo akan selesai menghitung, Woo Bin membuka pintu dengan kasar. Bukan karena marah, tapi saking capeknya dia jadi kehilangan keseimbangan ketika tiba di depan pintu. Sehingga tubuhnya menabrak pintu dan tangannya tanpa sengaja membuka pegangan pintu.
Melihat keadaan Woo Bin yang hampir pingsan seperti itu So Yi Jung, orang yang paling dekat dengan Woo Bin diantara ketiga temannya, langsung berlari ke arahnya. Dan tepat ketika Woo Bin akan ambruk Yi Jung langsung menangkap tubuhnya. Melihat itu, kedua temannya yang lain ikut membantu dan memapah Woo Bin ke sofa yang tadi di duduki oleh Ji Hoo.
Woo Bin tampak lelah sekali. Tubuhnya langsung lunglai di atas sofa. Matanya terpejam. Napasnya satu dua. Ji Hoo dan Yi Jung cukup khawatir dengan keadaannya. Keduanya melancarkan tatapan melotot kepada Jun Pyo. Pria yang telah membuat keadaan Woo Bin menjadi parah seperti ini.
"Apa?" seru Jun Pyo, "kenapa kalian menatapku seperti itu?"
Ji Hoo dan Yi Jung masih memelototinya.
Jun Pyo menghela napas, "oke. Ini memang salahku. Gara-gara aku Woo Bin harus seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi? Aku tidak mau hari pernikahanku kacau hanya gara-gara cincin. Oh iya, Woo Bin mana cincinnya?"
Ji Hoo dan Yi Jung hanya geleng-geleng kepala saja. Sifat ketidakpedulian Gu Jun Pyo muncul lagi kali ini. Ya, maklumlah dia sedang mengalami tekanan. Hari ini kan hari pernikahannya.
Masih dalam keadaan lemas, Woo Bin merogoh-rogoh saku jasnya. Dan dari dalam situ dia mengeluarkan sebuah
box kecil yang terbuat dari beludru merah gelap. Di dalam situ lah terdapat cincin yang akan disematkan Gu Jun Pyo di jari Geum Jan Di sebentar lagi.
Melihat
box itu tiba-tiba wajah Jun Pyo terlihat pucat.
"Sudahlah, Jun Pyo. Cincin itu sudah berada ditanganmu. Kenapa wajahmu tegang seperti itu? Ayo, seharusnya kau terlihat ceria. Kau harus kelihatan gagah ketika berjalan menuju altar. Ayo, Gu Jun Pyo!" Woo Bin bersuara, sepertinya dia sudah pulih.
Woo Bin mengulurkan tangannya kepada Jun Pyo. Jun Pyo pun menyambutnya dengan senyum senang, dia menarik Woo Bin bangkit dari sofa dan langsung memeluknya.
"Terima kasih, sobat!" bisik Jun Pyo di telingan Woo Bin.
"Ah, sudahlah!" kata Woo Bin sambil menepuk-nepuk lembut pundak Gu Jun Pyo.
"Tuan Jun Pyo!" Tiba-tiba suara Tuan Jung, asisten setia keluarga Gu, terdengar di ruangan itu.
Tidak hanya Gu Jun Pyo yang menoleh, tapi ke tiga temannya pun ikut menoleh. Tampak Tuan Jung tersenyum dari pintu masuk.
"Ya?" sahut Jun Pyo.
"Sudah saatnya Tuan," kata Tuan Jung mengingatkan.
"Em..Eng..Ya..Aku sudah siap!" Jawab Jun Pyo gugup.
"Kalau begitu, mari!" Tuan Jung menggeser sedikit badannya untuk memberikan jalan pada Gu Jun Pyo.
Gu Jun Pyo terlihat tegang sekali. Seakan-akan mengerti Woo Bin yang berdiri paling dekat dengan Jun Pyo langsung merangkul pundaknya. Ji Hoo dan Yi Jung pun ikut memberikan semangat kepada Jun Pyo dengan senyuman.
"Ayo!" ajak Woo Bin.
Setelah menarik napas dalam-dalam, Gu Jun Pyo mengangguk dengan mantap.
"Ayo!" katanya.
Mereka berempat pun berjalan menuju pintu dimana Tuan Jung masih menunggu dengan setia.

Tugas Woo Bin dan kedua temannya yang lain hari ini adalah menjadi pengiring Gu Jun Pyo berjalan menuju altar. Ji Hoo yang akan memimpin di depan lalu diikuti oleh Yi Jung, Woo Bin kemudian barulah Jun Pyo.
Setelah Yi Jung menyusul Ji Hoo, Woo Bin pun melangkahkan kakinya di atas
red carpet yang membentang dari pintu masuk sampai ke altar. Woo Bin melangkah dengan pasti. Ini salah satu bentuk dukungan moril kepada Jun Pyo. Maksudnya kalau dia semangat, pasti Jun Pyo pun akan semangat juga menghadapi hari pernikahannya.
Woo Bin berjalan sambil tersenyum. Sesekali dia menoleh ke sana kemari memandang para tamu yang hadir. Para tamu sudah memenuhi kursi-kursi di kanan dan kiri ruangan itu. Mereka semua sedang berdiri untuk menyambut kedatangan pengantin.
Tepat saat Woo Bin sedang meoleh ke arah kiri, matanya bertemu dengan mata seorang wanita yang tidak asing baginya. Tidak asing karena dia baru saja bertemu dengan wanita itu beberapa waktu lalu di lobi. Wanita itu adalah Ginger. Kalau saja dia bisa menepuk dahinya saat ini, pasti akan ditepuknya. Tapi tidak lucu kan kalau dia sedang berjalan dengan gagahnya di atas
red carpet tiba-tiba menepuk dahi. Soalnya dia merasa bodoh, jelas saja Ginger ada di sini. Dia pasti diundang oleh Gu Jun Pyo. Bagaimana pun juga dia kan mantan murid sekolah Shin Hwa.
Ginger tersenyum padanya. Merasa tidak yakin kalau yang disenyumin Ginger itu adalah dirinya, Woo Bin segera menatap lurus ke depan. Ah, masa bodoh. Bisa saja yang disenyuminnya itu bukan aku. katanya dalam hati. Tapi entah mengapa, jantungnya langsung berdegup dengan kencang mengingat senyum manis Ginger tadi. Manis?!

Upacara pernikahan berlangsung dengan khidmat. Kedua belah pihak keluarga, keluarga Gu dan Geum, saling meneteskan air mata bahagia. Setelah pendeta meresmikan Jun Pyo dan Jan Di menjadi sepasang suami istri, mereka saling menyematkan cincin di jari satu sama lain. Dan sekarang mereka saling berciuman di hadapan khalayak. Tampak sekali Gu Jun Pyo dan Geum Jan Di bahagia. Mereka memang pasangan serasi.
Berdiri di barisan kursi nomor dua Woo Bin dan kedua temannya saling bertukar pandangan. Mereka tersenyum. Pikiran mereka sama, bahwa saat ini Gu Jun Pyo betul-betul menjadi pria sejati seutuhnya.
Walaupun Gu Jun Pyo itu sahabat baiknya, ada perasaan iri juga di dalam diri Woo Bin. Menurutnya Jun Pyo itu pria yang beruntung sekali bisa menjadi anggota F4 pertama yang menikah. Tidak seperti dirinya yang berulang-ulang kali dicampakkan wanita. Hah, beruntung sekali si Jun Pyo itu.
Woo Bin menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia merasa bodoh karena punya perasaan iri pada Jun Pyo. Seharusnya dia bahagia dengan hari pernikahan ini. Woo Bin bangkit dari kursinya. Acara pernikahan sudah selesai. Acara akan dilanjutkan dengan
Wedding Party di ruangan lain dalam gedung ini. Di sanalah baru pesta yang sesungguhnya. Hmm, sudah tercium jelas wangi sampanye mahal dan makanan lezat dihidungnya. Dia tidak boleh ketinggalan pesta yang akan meriah ini. Tapi satu hal yang pasti, dia harus segera memberi selamat pada Gu Jun Pyo.

tu bi kontinyu..

by: titam hersih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar